Malam terakhir Engkau menemani liburan kami. Aku duduk meluruskan kaki sembari menikmati kilauan warna-warni cahaya lampu. Engkau duduk di samping kananku. Tidak, tidak persis di sampingku. Ada jarak lebih dari satu meter di antara kita. “Kerja di bagian apa?”, tanyamu memecah keheningan malam itu. “Di bagian proses produksi”, jawabku singkat.
Ekspresi wajahmu menunjukkan rasa antusias karena ternyata kita sama-sama bekerja di bagian proses produksi. Mulai berbicara dari Handy Talkie, DCS, sistem kerja shifting, dan suka duka sebagai orang proses. Kita sama-sama merasa senasib.
Engkau memintaku untuk memotretmu yang berdiri tepat tak begitu jauh di depanku. Menggunakan DSLRmu, bukan kamera pocket-ku. Tentu Aku tak terbiasa dan belum bisa mengoperasikannya. Sejenak Engkau mengajariku. Engkau hanya berjarak beberapa cm saja dariku.
Dicoba beberapa kali lalu kita lihat bersama hasilnya. Kita tertawa bersama melihat hasil jepretanku yang blur semua. Dan..pada beberapa detik moment itu, refleks Aku memukul bahumu. Ups, sorry! Sungguh tak disengaja.
Kenapa terasa begitu akrab dengan Kamu yang baru kukenal sehari yang lalu.
Sebelum pulang menuju penginapan, mampir ke rumahmu dulu untuk memindahkan foto-foto yang ada di kameramu. Engkau memberiku tempelan kulkas berbentuk wajah Barong dari Bali. Duduk di beranda rumahmu, deretan pot bunga dan seekor kucing tiba-tiba saja mengingatkanku akan rumah. Aku merindukan rumah.
Dan ternyata Engkaulah rumahku di masa depan.